Seorang Gadis yang Terluka oleh Dunia yang Teramat Palsu: Selalu Seperti Ini

Saturday 27 August 2016

Selalu Seperti Ini

Tak pernah terbayang sebelumnya jika aku harus menjalani hidup yang keras ini seorang diri. Tak pernah terbayang sebelumnya jika aku harus memikul beban seberat ini diusiaku yang masih dini.

Coba Ayah disini, coba dulu Ayah tidak pergi, keadaan tak mungkin akan menjadi seperti ini. Keadaan mungkin akan jauh lebih baik dari apa yang aku alami sekarang.

Aku benar-benar sendirian. Aku punya Ayah namun aku tak tau keberadaannya. aku punya Ibu namun aku tak tau keberadaan kasih sayangnya untukku. Aku punya Tuhan namun tak pernah aku menjumpainya. Aku pun juga punya teman namun aku tetap merasa sendirian.

Apakah setebal ini rasa benci yang menyelimuti hati kecilku atas keadaan yang aku alami sekarang, sehingga aku sulit untuk melihat dan memahami kasih orang-orang disekitarku? Apakah mata hatiku sudah buta? Apakah rasaku sudah mati?

Pada posisi seperti ini aku sangat sulit mengendalikan amarahku, selalu aku merusak apa yang disekitarku dan melukai diriku sendiri. Pikiranku frustasi, aku depresi. Jangan tanya bagaimana rasanya, yang jelas ini lebih sakit dari pukulan atau tamparan. Mungkin hanya dengan menulis seperti ini amarahku perlahan mulai melebur dan kemarahan berganti oleh sesenggukan tangisan lirih yang menenangkan.

Dan pada posisi seperti ini aku mulai bingung harus darimana aku menata masa depanku dan harus darimana aku menggapai mimpiku. Tak ada yang memberiku dorongan untuk ini. Berat memang rasanya, tapi apa boleh buat, semuanya telah terjadi.

Aku tau ini adalah aib keluargaku. Dan aku tak berniat membeberkan aib keluargaku sendiri. Aku hanya menumpahkan semua keluh kesahku disini, karena aku tak tau harus berbagi kesah dengan siapa. Cerita kepada temanpun aku sangat jarang jika tidak ditanya terlebih dahulu.

Beginilah aku, seorang gadis yang tertutup dengan masalah intern di dunia nyata, tapi selalu blak-blakan di dunia maya. Bukan apa-apa, hanya saja aku tak ingin meneteskan airmata dihadapan mereka, lebih baik meneteskan airmata di kamarku seperti ini tanpa diketahui siapapun. Biarlah mereka yang meneteskan airmata saat membaca setiap kalimat pada tulisanku.

Di paragraf terakhir ini air mataku mulai mengering, dan bengkakan pada kelopak mata mulai nampak, yang bertanda bebanku mulai berkurang, sedihku mulai berangsur menghilang. Aku sudah siap memulai dari awal lagi!

5 comments:

  1. semangat cm itu yg bs saya tulis..

    "Lnite"

    ReplyDelete
  2. kalau bingung mau mulai darimana, mulailah memperbaiki ibadah mu.
    #saran tok

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih kak untuk saran dan kunjungannya :)

      Delete
  3. NICE ARTIKEL SANGAT BERMANFAAT BANGET GAN DAN JANGAN LUPA KUNJUNGI WEBSITE KAMI KEMBALI

    ReplyDelete

White Penis