Seorang Gadis yang Terluka oleh Dunia yang Teramat Palsu: 2020

Thursday 17 September 2020

Usai

Aku tau menyayangiku itu tidak mudah. Emosi dan keinginanku sering berubah-ubah.

Aku tau mencintaiku itu sulit. Seringkali masalah-masalah kecil kubuat menjadi rumit.

Namun, ketahuilah, aku menyayangimu dengan perasaan yang paling utuh.

Bahkan, ketika nanti kamu bosan denganku, aku siap untuk pergi darimu. Namun, ketika nanti aku bosan denganmu, akan semampuku untuk tetap tinggal bersamamu.

Kadang, aku tidak suka dengan cemburumu, tidak suka dengan amarahmu, tidak suka dengan diammu, tidak suka dengan apa pun yang kamu lakukan untukku. 

Namun ketahuilah, perasaan-perasaan terburuk itu tidak pernah berhasil membuatku untuk tidak lagi cinta kamu.

Memiliki satu kamu yang benar-benar mengenali bagaimana cara terbaik menghadapi aku, rasanya sudah cukup menjadi definisi terbaik tentang pasangan hidup.

Tapi ada satu hal yang sangat ku benci, yaitu saat kamu mulai melihat yang lain.

Ya, aku sangat egois perihal memiliki, aku tidak pernah suka ada dia. Maka dari itu kamu ku lepaskan.

Jika saja waktu itu kamu tidak bertindak bodoh, mungkin bahagia ini bisa bertahan sedikit lebih lama.

Semoga melepasmu adalah pilihan yang tidak akan pernah ku sesali. Sekarang kamu telah bebas dari kesulitan menyayangi dan mencintaiku.

Kini kita telah usai. Selamat berhaha hihi dengannya, sayang. Aku mengalah. Aku kalah.

Wednesday 1 January 2020

WHY?

Jadi inilah akhirnya, akhir dari lukaku atas kepergianmu, jawaban atas semua pertanyaan yang belakangan ini terus menghujam isi kepalaku, dan akhir dari ketertatihanku berusaha melupakanmu.

Kupikir bahagia ini bisa bertahan sedikit lebih lama. Mungkin karena aku yang tak bernasib baik. Seperti tak bisa mengenalmu lebih dekat. Namun pernah didekatmu, aku bisa menyebut itu lebih dari cukup.

Aku hanya bersedih mengingat dulu kau begitu meluluhkanku, dan bahkan bisa dengan mudahnya kau melakukan itu.

Ada rasa rindu mengulang mendengar pengakuan yang selalu membuat tersenyum, mengucap kata sayang dengan seenaknya, lelucon garing yang selalu membuat tertawa, bahkan percakapan tidak jelas kita ditengah malam.

Aku tidak mengerti alasanmu mengabaikanku seperti ini. Tapi aku tau, kini ada hati yang sedang kau perjuangkan sehingga abai akanku. 

Tak apa, selamat berjuang sayang. Selamat memperjuangkan hati yang kau damba saat ini.
Semangat ya semoga penantiannya juga tak sia-sia.

Aku sudah meminta, aku sudah berjuang, dan aku sudah bertahan agar kita tetap baik-baik saja. Namun kenyataannya semua sia-sia. Bagimu aku sudah tidak ada arti. Karena sebuah komitmen tidak akan berjalan dengan baik ketika yang satu sibuk menata, sementara yang lain sibuk menghancurkan.

Aku pernah membaca kalimat "semakin kau takut kehilangan, semakin hebat ia mempermainkan". Maka dari itu aku lepaskan dirimu untuk meraih merpati idamanmu.

Terimakasih kau memilih jalan untuk tidak menyakitiku lebih dari ini. 

Sayang, apapun itu segala doa yang kau panjatkan, aku akan senantiasa mengaminkan walaupun kau dan aku tau, bahagiamu yang tanpaku, itu matiku. Semoga lukaku lekas membaik seraya melihat semogamu terkabulkan oleh aminku.

Sampai tulisan ini dibuatpun aku masih memikirkan pertanyaan yang entah apa jawabannya, pertanyaan seperti....




"jika akhirnya kau akan pergi, mengapa terus menahanku?"



White Penis