Seorang Gadis yang Terluka oleh Dunia yang Teramat Palsu: Sedikit Tentangku

Sunday 10 January 2016

Sedikit Tentangku

Aku memiliki teman yang bahkan terhitung banyak, aku pun memiliki keluarga dan kerabat yang terhitung banyak, aku juga memiliki seorang sahabat yang amat kusayangi. Namun aku masih merasa jika aku hidup sendirian.

Aku menyukai keramaian jika sedang berada diluar rumah, aku juga termasuk orang yang supel dan mudah membaur dengan orang-orang baru. Namun tetap aku masih merasa hidup sendirian.

Entah karena apa aku juga tidak mengerti dengan diriku sendiri. Disaat teman-teman seusiaku tengah menikmati masa remajanya, aku justru lebih memilih terdiam dikamar.

Dan bahkan disaat mereka saling mengumbar kemesraan bersama pasangan mereka, aku lebih memilih untuk sendiri dan entah aku tidak begitu tertarik lagi dengan yang namanya pacaran. Bukan karena trauma atau apa, tapi memang aku tidak begitu tertarik saja.

Aneh? Iya aneh.

Sebenarnya mauku hanya berbahagia dengan caraku sendiri. Ya, mustahil memang. Tapi itu yang selalu aku renungkan dikamarku, berbahagia dengan caraku sendiri tanpa belas kasihan dari siapapun karena aku berbeda.

Apakah caraku salah? Jika salah tolong tunjukkan cara yang benar, jangan hanya menyalahkan saja. Aku benci hal itu. Mereka hanya senang menggurui tetapi tidak pernah memuridkan dirinya sendiri.

Aku benci dihina
Aku benci dihujat
Aku benci digurui
Aku benci dimaki-maki
Aku benci direndahkan
Aku benci diremehkan
Aku benci disindir
Aku benci disamakan dengan anjing
Aku benci dipandang sebelah mata
Aku benci disalahkan atas apa yang tidak kuperbuat.

Aku hanya ingin dihargai saja! Apakah itu juga salah?

Aku tau dan aku mengerti jika aku berbeda dengan orang-orang normal pada umumnya. Tapi bukankah "hanya ingin dihargai" itu juga termasuk kategori normal? Jadi apa salahnya aku meminta dihargai saja? Mungkin otak kalian saja yang beranggapan jika aku berlebihan.

Sejak ditinggal ayahku, aku seakan dilatih menjadi sesosok perempuan yang keras. Jadi maaf jika perkataanku sering menyakiti kalian. Tapi kembali lagi pada pepatah "tak akan ada asap bila tak ada api".

Paham? Perlu dijelaskan?

Oke, begini; sebenarnya aku bisa menahan emosi dan amarah jika tidak ada yang menyakitiku lebih dahulu. Jadi jangan salahkan aku jika aku berkata kasar. Semua ada alasannya.

Dan misalkan memang aku yang menjadi alasan atau sebab, pasti setelah akibat itu muncul aku akan mengucapkan maaf terlebih dahulu. Tetapi kadang maafku hanya dianggap pura-pura atau negosiasi saja.

Lalu mereka akan menyudutkanku lewat kata-kata sindiran diberbagai media social agar dunia tau jika seakan-akan aku yang bersalah dan aku yang bersikeras tidak mengakuinya dan terkesan mengelak. Hahaha biar apa? Kalian haus dukungan? Padahal aslinya aku sudah mengucap maaf terlebih dahulu.

Jika ingin menjatuhkanku bukan begitu caranya. Itu cara yang sangat menjijikkan.

Apakah aku pernah mengusik hidup kalian?
Apakah aku pernah mencaci hidup kalian?
Apakah aku pernah ikut campur masalah kalian?
Apakah mulutku pernah melukai hati kalian?
Apakah tanganku pernah menyakiti fisik kalian?
Apakah aku menyusahkan hidup kalian?
Apakah aku merepotkan hidup kalian?
Apakah aku salah jika bertanya demikian?

Jawablah.

Tolong berkaca dahulu sebelum menghinaku. Hidupku memang pernah kelam, tapi tak seharusnya kalian menghakimiku demikian. Hidup kalian belum tentu lebih baik dari hidupku.

Memang aku bukan anak orang kaya seperti kalian.
Memang aku tak mempunyai keluarga utuh seperti kalian.

Aku hanya seorang anak brokenhome yang ingin menyamakan diri dengan anak-anak seusiaku diluar sana. Bukan dihujat ataupun dihina.

Aku benci diperlakukan seperti itu. Jika kalian ada masalah pribadi denganku, tolong berterusterang saja.

No comments:

Post a Comment

White Penis