Seorang Gadis yang Terluka oleh Dunia yang Teramat Palsu: March 2016

Monday 14 March 2016

Gadis Kecil Ayah

Apakah wanita itu lebih menyayangi dan mencintaimu melebihi rasa sayang dan cinta yang kumiliki untukmu, yah? Sampai hati ayah meninggalkanku hanya demi wanita tidak tau diri itu.

Tidak kah kau ingin melihat gadis kecilmu tumbuh dewasa?

Dulu aku sempat marah, disaat aku akan berangkat sekolah, tangan ayah tak pernah lagi bisa kucium. Dulu aku sempat marah, disaat teman-temanku diantar jemput ayah mereka sedangkan aku tidak. Dulu aku sempat marah, disaat aku menangis tidak ada sepasang tangan kokoh yang merengkuhku. Aku marah padamu, ayah.

Tidak kah kau rindu gelak tawa gadis kecilmu ini?

Saat aku merenung sendirian tak pernah luput selalu kurenungkan "Tuhan Baik", aku meminta agar ayah dikembalikan lagi disisiku. Entah sudah berapa ratus kali kuucapkan "Tuhan Baik" keadaan tetap tak berpihak padaku. Kenapa hidup tak pernah adil untukku?

Aku tak pernah diizinkan menangis, tidak bahkan menangis dipelukanmu ayah. Aku tak pernah diperbolehkan jatuh, karena tak akan ada tangan ayah yang akan membantuku berdiri. Aku tak pernah diberi kesempatan untuk mengeluh dan mengadu rasa letihku, bahkan untuk duduk dipangkuan silamu aku tak pernah bisa. Apakah aku salah ketika aku berkata aku benci ayah? Tidak kan, aku tidak salah. Bahkan kata-kata sayangmu tak pernah aku terima bahkan kudengar. Akupun tak pernah mengucapkan kata-kata itu, karena aku tidak mau terlihat lemah didepanmu, ayah. Karenamu aku tumbuh menjadi sosok gadis yang egois dan keras kepala.

Sungguh aku rindu saat-saat dahulu yah, saat aku masih menjadi gadis kecil kesayanganmu satu-satunya. Sebelum cinta, sayang, dan waktumu terbagi setelah wanita tidak tau diri itu muncul dikehidupanmu. Aku seperti kehilangan ayah, aku seperti kehilangan duniaku. Dunia yang setiap selepas magrib selalu mengajarkanku cara menulis. Pensil harus selalu diserut agar saat digunakan menulis akan terlihat rapi. Dan buku tulis harus tersampul cokelat. Aku telah diajarkan rapi sejak kecil. Namun rindu hanyalah sebatas rindu.

Aku bahkan lupa, kapan terakhir aku tertawa ria bersamamu. Yang masih kuingat hanyalah ketika aku merengek minta uang jajan sambil menduduki kedua ujung kakimu yang menjuntai di kursi ruang tamu. Dan cangkir besar itu masih melekat diingatanku. Cangkir yang selalu terisi teh atau kopi pada pagi, sore, dan malam hari. Aku sering memperhatikan bagaimana ayah menghabiskan isi cangkir besar itu. Dan aku pernah meminta satu cegukan, rasanya pahit tapi manis. Begitulah rasa kopi hitam asli. Tak luput juga disamping cangkir itu selalu ada bungkusan rokok yang menemani. Akupun pernah bertanya, lebih panas mana api dineraka dengan bara dipucuk rokok? Pertanyaan konyol. Lalu kurebut rokok dari jemari ayahku dan kutempelkan ujung yang menyala itu ke daguku, dan membekaslah luka itu hingga saat ini. Luka yang terkenang.

Suara scooter klasiknya selalu kunantikan saat sore tiba, yang pertanda ayah sudah pulang. Dan karena suara itu juga membuatku ketagihan untuk sekedar berkeliling kampung. Ayah tak pernah menolak saat aku meminta berkeliling dengan scooternya, walaupun ayah penat setelah pulang bekerja. Ku kenakan helm yang mirip bola dibelah dua dengan kacamata capung yang menempel dibagian depan. Suaranya yang mampu membuat gaduh satu kampung itu yang kunantikan. Ah ayah, sungguh indah masa-masa itu.

Sekarang aku tak tau dimana keberadaanmu, bagaimana kabarmu, masih hidup kah atau telah tiada. 

Apakah wanita itu melarangmu untuk bertemu dengan anak gadismu ini?

Tidak kah ayah tau bagaimana sifat ibu terhadapku semenjak ayah memilih wanita itu? Ibu selalu berselisih paham denganku, ibu tak pernah membelaku, ibu selalu ketus terhadap teman-temanku yang berkunjung kerumah. Aku hancur, yah. Banyak temanku yang berkata;

"ibu kamu belum pernah kehilangan anak, makannya dia gitu"

"mungkin di diri kamu ada yang mirip sama ayahmu, makannya ibu kamu selalu meluapkan rasa kecewanya ke kamu"

Segala upaya telah ku usahakan untuk mencarimu, ayah. Dari membuat fanbase dan fanpage. Hingga setiap hari aku memutar otak untuk membuat karangan yang kini sudah terhitung ribuan. Agar saat fanbase dan fanpage itu sudah booming, aku bisa mencarimu lewat follower dan para member. Semua itu semata-mata hanya untukmu, ayah. Tak mengapa kau tidak mengetahui usahaku ini.

Andai ayah ada saat masa-masa pertumbuhanku. Aku mewarisi semua yang ada di dirimu, yah. Sifat, perilaku, dan kecerdasanmu. Walaupun aku pernah mogok sekolah karena depresi. Tapi coba lihat gadis kecilmu ini sudah mulai rajin menulis apa saja yang dirasakannya. Aku ingin membuatnya menjadi sebuah buku yang hanya ku dedikasikan dari, hanya, dan untuk ayah seorang.

Pulanglah, yah. Akan kujanjikan kebahagiaan dimasa tuamu. Jangan pernah sungkan untuk pulang, aku masih dan akan selalu menjadi gadis kecilmu yang sama seperti dulu ketika masih berlarian memakai singlet dan celana dalam kemana-mana, dan yang selalu mengantuk saat belajar karena terlalu asyik bermain di siang hari.

Maafkan masa kecilku yang terlalu banyak marah, selalu merengek jika menginginkan sesuatu. Mungkin aku telah menemukan jawaban mengapa ayah tak pernah menemani hari-hariku hingga aku sedewasa ini. Yaitu karena ayah telah memberikan seluruh cintanya untukku "ayah percaya padaku". Ayah percaya aku bisa menjalani hidupku dengan baik, ayah percaya aku mampu berdiri sendiri disaat aku terjatuh, ayah percaya aku tak akan mudah menangis dan terpuruk, ayah percaya aku bisa berhasil dengan caraku, dan ayah percaya aku bisa membuatnya bangga.

Pernah sesekali bahkan seringkali aku menyalahkan takdir atas semua yang kualami. Tapi mungkin memang lebih baik seperti ini, agar supaya aku bisa sepert sekarang ini, tangguh dalam menghadapi segala ujian dari Tuhan.

Ayah... Aku yakin kita akan dipertemukan nanti, entah didunia ataupun diakhirat, ayah akan melihat anak gadisnya ini dengan mata yang berkaca-kaca penuh kebanggaan dan senyuman lebar yang tersungging dibibirnya. Akan kupeluk erat dan mungkin tak kan kulepaskan untuk waktu yang lama, tak lupa kubasuh serta kucium kedua kakimu. Surga ditelapak kaki ibu, tapi bagiku wangi kaki ayah pun akan membuat segala hal menjadi berkat.

Terimakasih, ayah. Aku tumbuh menjadi seperti apa yang ayah inginkan.

ttd.
Gadis Kecilmu

White Penis